Pengalaman Tak Terlupakan di Upacara HUT RI
Baru pukul 10.00 pagi badanku sudah lemas dan tenggorokan mulai kering, ingin rasanya minum sesuatu yang menyegarkan tapi niat itu segera aku hapus dari pikiranku mengingat hari ini aku sedang menjalankan ibadah puasa.
Berdiam diri di dalam kelas, tidak ada guru, tidak ada mata pelajaran membuat aku semakin malas untuk berada di Sekolah lebih lama tapi jam masih menunjukkan pukul 10.00, itu artinya masih ada 2 jam lagi untuk berada disini. Andaikan saja hari ini libur pasti aku belum bangun dari tidurku.
Kulihat di sudut kelas tampak mereka sedang asyik mengobrol dan saling bercanda satu sama lain aku pun tertarik untuk bergabung dengan mereka, mungkin dengan mengobrol dan bercanda akan membuat waktu terasa cepat berlalu. Tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke bangku mereka dan duduk di samping temanku, Aira.
Di saat kami sedang asyik bercanda, seorang guru mendatangi kelas kami sambil memanggil beberapa temanku untuk menjadi petugas upacara karena mereka memang petugas inti upacara apalagi beberapa hari ke depan adalah hari kemerdekaan Indonesia jadi tentu saja mereka di panggil untuk menjadi petugas upacara tersebut.Sialnya, aku dan teman-temanku yang sedang asyik ngobrol dan bercanda ikur-ikutan di panggil menjadi petugas upacara sebagai paduan suara, aku pun berpikir “Puasa-puasa seperti ini di suruh bernyanyi? Yang benar saja?!”. Aku sempat menolak untuk ikut paduan suara tapi tetap saja aku di paksa ikut sama guru itu, akhirnya aku cuma bisa bilang “Ya, sudahlah”.
Di hari Sabtu yang panas ini adalah hari pertama aku latihan paduan suara di dalam salah satu kelas yang ada di Sekolah, untung saja ada kipas angin di dalamnya jadi panasnya sedikit berkurang. Pada saat aku melangkahkan kakiku secara perlahan-lahan menuju kelas ku pikir masih sepi ternyata sudah banyak anak yang datang. Ada yang sedang asyik mengobrol, ada yang sedang keliling kelas melihat gambar-gambar yang ada di tembok, ada juga yang sedang mendengarkan musik sambil bernyanyi-nyanyi. Ku cari bangku yang kosong untuk ku singgahi dan aku menemukannya di depan meja guru, ku lihat deretannya masih kosong.
Cukup lama aku duduk di bangku sampai-sampai pinggangku terasa pegal tapi latihan belum juga di mulai, kata guru pembimbing upacara, Pak Budi, tunggu Bu Sintia datang. Semakin lama tubuhku semakn lemas dan tidak bersemangat untuk latihan karena hari sudah semakin panas sedangkan Bu Sintia belum juga menunjukkan wajahnya.
Pukul 10.30 berlalu, aku pun beranjak dari bangkuku untuk keluar kelas sebentar untuk mencari suasana baru. Belum selesai ku tapakkan kakiku keluar kelas, kulihat sesosok perempuan mungil berambut panjang lurus berjalan santai menuju kelas. Sudah ku duga pasti itu Bu Sintia, dengan cepat aku langsung bergegas kembali duduk di bangku.
Bu Sintia masuk ke dalam kelas sambil tersenyum manis kepada kami semua, beliau berjalan menuju meja guru yang telah di sediakan dan menaruh tasnya di atas meja. Kemudian Bu Sintia menyampaikan sesuatu kepada kami semua bahwa pada saat upacara nanti tim paduan suara akan menyanyikan 4 lagu yang terdiri dari 2 lagu wajib dan 2 lagu nasional. Setelah menyampaikan hal tersebut latihan di awali dengan melakukan pemanasan suara dan pengaturan nafas terlebih dahulu agar pada saat menyanyi tidak kram dan supaya nafasnya kuat pada saat nada tinggi.
Pemanasan selesai, barulah kami semua bernyanyi menyanyikan lagu yang di gunakan pada saat upacara di iringi dengan keyboard. Setelah selesai banyak anak yang mengeluh bahwa nadanya ada yang terlalu panjang, terlalu rendah, lagunya tidak pas dengan nada keyboard. Mendengar keluhan anak-anak tadi, akhirnya Bu Sintia membenahi itu semua, mencocokkan nadanya agar tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dan bisa pas. Butuh waktu lama untuk Bu Sintia membenahi itu semua, ku lihat jam di atas papan tulis sudah menunjukkan pukul 12.10, akhirnya semua anak meminta kepada Bu Sintia untuk mengakhiri latihan hari ini karena sudah siang dan anak-anak mengeluh lelah. Di sisi lain Bu Sintia juga sudah selesai memperbaiki nada akhirnya kami semua di ijinkan pulang dan sambil membereskan barang-barangnya Bu Sintia memberi pengumuman bahwa hari senin latian paduan suara jam 08.00 pagi di Sekolah. Setelah itu aku beranjak dari bangkuku sambil berpamitan dengan Bu Sintia dan kulangkahkan kakiku dengan lemas. Tiba-tiba Aira muncul di sebelahku sambil bicara “ Kalau saja hari ini aku tidak puasa, pasti setelah pulang nanti semua botol minuman yang ada di kulkas langsung aku habiskan semuanya!”. Gerutu Aira sdengan sebal. Aku pun membalas omongan Aira “ Alah, gitu aja ngeluh.... Payah! Lagian kita tadi kan cuma nyanyi sebentar, masa gitu aja sudah haus?!”.
“Sama saja, kita kan nunggu Bu Sintia tadi udah lama banget! Biarpun Cuma duduk tapi duduk kan perlu tenaga” jawab Aira sambil menjulurkan lidah ke arahku.
“Gitu aja pakek di hitungin, mendingan habis pulang langsung tidur sampai waktunya buka puasa. Kan enak habis tidur langsung buka puasa”.
“Benar juga idemu, tumben pinter? Hehehehe”. Goda Aira kepadaku. Akupun hanya membalasnya dengan tatapan jutek yang selanjutnya di ikuti tawa kita berdua.
Di hari kedua latihan paduan suara, sebenarnya aku ragu-ragu untuk datang karena badanku capek semua tapi setelah aku pikir-pikir lagi rugi kalau aku tidak ikut latihan, jadi mau tidak mau aku berangkat latihan. Ku kayuh sepedaku dengan malas menuju ke Sekolah berharap semoga latihannya tidak jadi dan aku bisa tidur sepuasnya di rumah. Sesampainya di Sekolah semua angan-anganku melayang pergi, ku lihat suasana Sekolah masih sepi ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 08.05. “Gawat!!!” segera aku berlari menuju kelas yang ku pakai latihan Sabtu kemarin tetapi sesampainya disana aku langsung terkejut melihat suasana kelas yang masih sepi, sunyi dan tidak ada makhluk satu pun disana. Perasaanku lega begitu melihat kelas yang dalam keadaan kosong, fiiuuhh ku usap dahiku yang bercucuran keringat sehabis berlari tadi. Setelah cukup beristirahat, aku mencari anak paduan suara yang lain barangkali mereka ada di salah satu tempat. Tak lama kemudian aku melihat sosok 2 orang sedang duduk di Mushola, aku menghampiri kedua anak itu dan ikut duduk di samping mereka.
Tidak beberapa lama kemudian datang salah satu temanku, Lisa, dan kemudian di ikuti oleh kedatangan yang lainnya. Sekarang semuanya sudah datang, suasana Sekolah yang tadi sunyi sekarang berubah menjadi ramai. Kini tinggal menunggu kehadiran Bu Sintia. Sudah hampir 1 jam aku dan yang lain menunggu kedatangan Bu Sintia tapi belum juga ada perubahan, akhirnya ku suruh Lisa untuk menghubungi Bu Sintia. “Lis, tolong hubungi Bu Sintia dong! Bilang ini latihannya jadi apa nggak?! Sudah 1 jam kita nunggu disini. Keburu layu lama-lama disini.” Gerutuku dengan kesal.
“Sudah...... Katanya Bu Sintia masih dalam perjalanan, kita di suruh nunggu.” Jawab Lisa dengan santai.
“sampai kapan??!!” Lisa hanya membalas dengan menggelengkan kepalanya.
Beberapa saat kemudian sosok Bu Sintia terlihat, beliau begitu santainya berjalan mendekati kami semua sambil berkata “Anak-anak sekarang kita latihan di halaman Sekolah saja, ya. Ibu ingin lihat apakah kalau di luar kelas suara kalian masih kedengaran apa tidak. Ayo kita mulai saja latihannya sekarang.” Semunya langsung berdiri di halaman dan memasang barisan masing-masing. Setelah itu latihan di mulai seperti hari Sabtu kemarin.
Di selah-selah latihan aku sempat bercanda dengan salah satu temanku yang memang anaknya sedikit lebay dan cerewet. Dia adalah satu-satunya anak laki-laki yang ikut paduan suara semenyara yang lainnya perempuan semua, jadi tentu saja semua anak senang menggodanya apalagi dia anaknya lucu. Namanya Sholeh, dia ikut paduan suara karena memang di pilih oleh Bu Sintia sendiri.
Di saat kita semua sedang serius bernyanyi tiba-tiba Sholeh mengeluh “Aduh, panasnya hari ini bisa-bisa kulit mukaku jadi hitam terkena sinar UVA”. Protes Sholeh sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Semua anak yang sedang konsentrasi bernyanyi tertawa mendengar keluhan Sholeh dan tingkah Sholeh yang lebay.
“Tanpa terkena sinar UVE sekalipun, kulit kamu sudah gelap.” Sahut Leni secara tiba-tiba sambil tertawa. Dengan refleks Sholeh pun memukul lengan Leni sambil melotot genit. Akhirnya keduanya saling membalas satu sama lain sebelum Bu Sintia memergoki keduanya. Sejak itu mereka selalu bergurau tidak pernah bisa diam.
Latihan hari ini cukup singkat tidak terlalu lama karena anak-anak mengeluh sudah lelah bahkan ada anak yang terlihat pucat dan lemas pada saat latihan, Bu Sintia khawatir jika anak itu pingsan, oleh sebab itu Bu Sintia menyuruh kita semua istirahat. Selama istirahat anak-anak asyik bernyanyi menyanyikan lagu Justin Bieber, Vierra, Geisha dengan di iringi alunan keyboard. Cukup lama kami bernyanyi-nyanyi, Bu Sintia memberitahukan bahwa 2 hari lagi ada glady bersih untuk acara upacara bendera hari kemerdekaan Indonesia. Kita di wajibkan datang pukul 14.00 siang di Sekolah dan latihan hari ini sudah selesai. Mendengar hal itu ada anak yang bilang kepada Bu Sinti a “Jangan terlambat lho, bu”. Bu Sintia hanya membalas perkataan anak itu dengan senyuman manis.
Pada saat glady bersih aku datang tepat waktu, aku pun langsung berjalan menuju halaman Sekolah. Ku lihat masih banyak petugas upacara yang belum hadir dan aku melihat Pak Budi sedang duduk santai di Mushola sambil memainkan handphonnya sepertinya sedang menunggu kedatangan para petugas upacara pikirku singkat. Aku langsung bergegas pergi menuju kelasku sambil menunggu yang lain datang.
Dengan berjalannya waktu, sedikit demi sedikit petugas upacara mulai berkumpul semua dan sekarang hanya Bu Sintia yang belum datang. Sambil menunggu Bu Sintia datang aku dan temanku mengobrol di dalam kelas. Tidak lama kemudian Pak Budi memanggil kami untuk memlai glady bersih tapi aku belum juga melihat Bu Sintia sama sekali.
“Tapi Pak, Bu Sintia belum datang”. Sahutku
“Tidak apa-apa, kalau kita menunggu Bu Sintia datang nanti keburu sore. Lebih baik kita mulai sekarang sambil menunggu Bu Sintia datang”. Jawab Pak Budi seraya meninggalkan kelas.
Akhirnya aku dan petugas paduan suara lainnya melakukan glady bersih tanpa Bu Sintia. Aku sedikit kesal dengan sikap Bu Sintia yang selalu datang terlambat tidak pernah tepat waktu. Glady bersih di mulai, semua petugas upacara tampak serius menjalankan tugasnya masing-masing kecuali kami tim paduan suara yang dari tadi tidak bisa diam terus tertawa dan bergurau satu sama lain, terutama Sholeh. Dari awal pelaksanaan glady bersih sampai sekarang selalu bikin ulah, menoleh ke kanan, menoleh ke kiri, menoleh ke belakang, senggol sana, senggol sini, uuuhhh.... Aku yang melihatnya saja sampai pusing di buatnya, sampai-sampai pada saat mendengar teriakan “Bendera siap” kami terbelalak kaget seperti pencuri yang ketahuan warga sedang merampok, kami pun bersiap-siap untuk bernyanyi meskipun tidak ada pemanasan sebelumnya. Kami bernyanyi dengan semangat dan suara yang keras meskipun suara kami terdengar sedikit aneh tapi kami tetap bernyanyi sampai selesai.
Setelah kegiatan glady bersih selesai Pak Budi menyampaikan sesuatu kepada semua petugas upacara. “Anak-anak Bapak rasa glady bersih hari ini sudah cukup, besok jangan lupa datang ke Sekolah pukul 06.00 pagi dan memakai pakaian putih-putih karena upacara akan di mulai pukul 07.00”.
Pada saat aku dan petugas paduan suara yang lain mau pulang barulah sosok Bu Sintia terlihat, ternyata beliau baru saja datang. Aku pun berkata pada Bu Sintia “Glady bersihnya sudah selesai, Bu”. “Lho, sudah selesai ta? Ya, sudah tidak apa-apa kita latihan saja sekarang buat besok”. Jawab Bu Sintia dengan enteng.
Akhirnya hari yang di tunggu-tunggu telah tiba, aku yang biasanya tidur setelah sahur kali ini aku tidak tidur karena takut tidak bisa bangun. Sambil menunggu, aku melihat TV terlebih dahulu.
Jam menunjukkan pukul 05.00 pagi segera aku bergegas pergi mandi dan selanjunya aku mempersiapkan semuanya sebaik mungkintanpa ada yang tertinggal. Karena tidak ingin terlambat, aku berangkat dari rumah pukul 05.45 pagi dengan menggunakan sepeda kesayanganku aku mengayuhnya perlahan-lahan sambil menikmati pemandangan pagi yang indah, menghirup dalam-dalam udara pagi yang begitu sejuk tanpa ada asap polusi yang mengganggu. Perlahan-lahan akhirnya aku sampai di Sekolah, segera aku bawa sepedaku ke tempat parkir, ku lihat jam yang ada di tanganku untuk memastikan apakah aku terlambat atau tidak dan jam menunjukkan pukul 06.00 itu berarti aku datang tepat waktu. Ku lihat beberapa anak sedang duduk di depan ruang guru sambil asyik mengobrol aku pun ikut duduk di depan ruang guru tetapi sedikit jaga jarak dengan mereka.
Pukul 06.30 semua petugas upacara di panggil seorang guru untuk ke atas, disana semua petugas diberi perlengkapan upacara mulai dari syal, topi, dan sarung tangan. Semuanya sibuk membenahi dirinya masing-masing, memasang sarung tangan, syal, topi sehingga ruangan yang di gunakan untuk memasang perlengkapan tampak ramai dan sesak.
Hari ini Bu Sintia datang tepat waktu, aku melihatnya sedang membantu anak-anak paduan suara memakai syal. Setelah semuanya selesai, para petugas upacara turun ke bawah untuk menempati posisi masing-masing karena sebentar lagi upacara akan segera di mulai.
Para petugas upacara sudah menempati posisi masing-masing kecuali tim aduan suara karena Bu Sintia menghendaki latihan terlebih dahulu agar suaranya tidak serak habis bangun tidur, jadi kita latihan sebentar habis itu kita langsung menuju halaman sekolah dan menempati posisi masing- masing.
Sebelum upacara di mulai, seluruh peserta di minta untuk tidak bersuara dan di mohon untuk tenang selama upacara berlangsung tetapi tim paduan suara masih ramai sendiri sehingga Pak Budi memberi isyarat kepada kami untuk diam, setelah kami diam kini giliran para Ibu guru yang ramai sendiri.
Beberapa menit kemudian semua peserta upacara sudah tertib dan tenang, akhirnya upacara di mulai. Selama upacara berlangsung perasaanku gugup dan sedikit tegang menunggu giliran untuk menyanyikan lagu.
Akhirnya salah satu paskibra berkata “Bendera siap” itu adalah sinyal bagi tim paduan suara untuk mulai menyanyikan lagu pertama dengan Bu Sintia sebagai dirigent. Kami semua bernyanyi sekeras mungkin dan seenak mungkin untuk di dengar.
Selesai bernyanyi perasaanku sudah lega, hilang semua beban yang ada di pikiranku. Dalam menyanyikan lagu-lagu selanjutnya aku tidak lagi gugup, perasaanku biasa saja dan leganya lagi upacara hari ini berjalan dengan lancar dan Bu Sintia menyalami kami satu per satu dengan mengucapkan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar